artikel

Drs. H. A. BUDIONO M. Ed (DPD RI Jawa Timur)

Drs. H. A. Budiono M.Ed yang biasa dipanggil dengan Bapak Budi beliau merupakan seorang Adipurna Kepala Sekolah dan Guru SMAN 3 Nganjuk pada tahun 2002-2004. Bapak Budi lahir di Blitar,19 April 1957. Pada tahun 2014, Bapak Budi terpilih dalam pemilihan legislatif menjadi Senator DPD-P yang mewakili Provinsi Jawa Timur dengan harapan dapat memajukan Jawa timur, menyerap aspirasi masyarakat Jawa Timur ke pemerintah pusat. Pada Masa Sidang Tahun 2014-2015 Bapak Budi masuk di Komite Bidang IV yang membidangi tugas pada rancangan APBN perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Beberapa riwayat karir dari Bapak Budi yaitu:

  • DPD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
  • Sekretaris Daerah Kabupaten Nganjuk

Riwayat pendidikan Baliau:

  1. Bahasa Inggirs IKIP Negeri Malang
  2. Bahasa Inggris Warwick Uinersity (S2)
  3. Bahasa Inggris Curtin University (S2)

Sumber: tirto. (2023 ). H. budiono Anggota DPD RI Jawa Timur https://www.merdeka.com/a-budiono/profil

7 Keajaiban Dunia: Christ the Redeemer

tirto.id – Christ the Redeemer merupakan patung kolosal Yesus Kristus yang terletak di puncak Gunung Corcovado, Rio de Janeiro, Brasil. Patung yang juga disebut Cristo Redentor dalam bahasa Portugis itu memiliki tinggi 30 meter, sedangkan panjang kedua lengannya yang terentang mencapai 28 meter. 

Untuk membuat Christ the Redeemer yang selesai pada 1931, material yang digunakan tidak main-main. Beton bertulang yang dilapisi mosaik ribuan ubin batu dipakai untuk membangun Patung Kristus Sang Penebus. Patung ini juga berdiri di atas alas batu persegi setinggi 26 kaki atau sekitar 8 meter. Selain menjadi simbol dari kota Rio de Janeiro dan seluruh negara Brasil, Christ the Redeemer disebut oleh situs Britannica sebagai patung bergaya Art Deco terbesar di dunia. 

Penabalan itu membuat Christ the Redeemer makin ikonik. Sejarah Christ the Redeemer Ide awal untuk membangun monumen Kristen di Gunung Corcovado, Brasil sebenarnya sudah tercetus pada pertengahan abad 19.  Pendeta Vincentian Pedro Maria Boss adalah pengusulnya pada tahun 1850-an sebagai bentuk penghormatan kepada Isabel (1846-1921), bupati Brasil dan putri dari Kaisar Pedro II. Lantaran tidak pernah disetujui, proyek monumen gagasan pendeta Maria Boss belum terwujud. 

Sekitar tujuh dekade kemudian, tepatnya 1921, usulan serupa datang dari keuskupan agung Katolik Roma di Rio de Janeiro. Usulan kali ini adalah membangun sebuah patung Kristus. Agar bisa terlihat di segala penjuru kota Rio, patung Kristus perlu dibangun di atas puncak setinggi 2.310 kaki (704 meter). Warga pun mengirim petisi kepada Epitacio Pessoa, presiden Brasil ke-11 yang menjabat antara 1919-1921, supaya mengizinkan pembangunan patung di Gunung Corcovado. Setelah izin diberikan, desain akhir untuk calon monumen itu sebenarnya belum dipilih. Namun, peletakan batu pertama sudah dilakukan secara seremonial pada 4 April 1922. Tanggal ini bertepatan dengan peringatan seratus tahun kemerdekaan Brasil dari Portugal. Kompetisi untuk menemukan desainer patung diadakan pada 1922. Setelah melalui proses seleksi, seorang insinyur Brasil Heitor da Silva Costa akhirnya terpilih. Silva Costa mengajukan sketsa sosok Kristus yang digambarkan memegang salib di tangan kanannya, sementara tangan kiri memegang bola dunia.

Rencana Silva Costa kemudian berubah setelah bekerja sama dengan seniman Brasil, Carlos Oswald. Oswald dikreditkan sebagai pencetus ide pose berdiri patung Kristus dengan tangan terentang. Lalu, pematung asal Prancis, Paul Landowski, juga dilibatkan dengan Silva Costa sebagai desainer utama kepala dan tangan Kristus. Ketika dana yang dihimpun secara pribadi, terutama oleh gereja, bisa terkumpul, proyek patung Kristus dapat dimulai. Tahap konstruksi dilakukan pada 1926 hingga berlanjut selama lima tahun kemudian. Christ the Redeemer resmi selesai tahun 1931.

Tidaklah mudah untuk mendirikan patung berukuran raksasa di atas ketinggian sebuah gunung. Ini yang dialami saat mendirikan patung Kristus di Gunung Corcovado. Selama masa pembangunan Christ the Redeemer, bahan dan para pekerja bangunan diangkut ke puncak melalui jalur kereta api. Setelah bangunan jadi, bukan berarti pekerjaan selesai. Patung seberat 635 metrik ton ini membutuhkan pemeliharaan dan perbaikan berkala. Salah satunya dilakukan dengan pembersihan menyeluruh pada 1980 sebagai persiapan untuk menyambut kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Brasil. Sementara tahun 2006, tepat 75 tahun Christ the Redeemer, sebuah kapel didirikan.

Akses untuk menjangkau Christ the Redeemer cukup menantang. Wisatawan perlu melalui 200 anak tangga terlebih dahulu. Inilah yang harus dilakukan orang-orang dan wisatawan sebelum eskalator dan elevator ditambahkan tahun 2002 untuk mempermudah perjalanan ke puncak Gunung Corcovado. Letaknya yang berada di atas ketinggian sebenarnya membuat Christ the Redeemer cukup rentan. Tak ayal, beberapa kali patung Yesus ini menjadi sasaran empuk badai dan sambaran petir. Akibatnya, ujung ibu jari kanan patung yang masuk dalam 7 Keajaiban Dunia itu rusak pada 2014.

7 Keajaiban Dunia: Machu Picchu

Nationalgeographic.co.id – Terletak tinggi di atas Lembah Suci PeruMachu Picchu adalah benteng yang berasal dari abad ke-15. Dibangun oleh suku Inca sekitar tahun 1450, kota tersembunyi ini merupakan kawasan megah bagi Kaisar Inca Pachacuti.

Machu Picchu berisi alun-alun, kuil, rumah, dan teras, yang seluruhnya dibangun dengan tangan di dinding batu kering. Restorasi ekstensif di abad ke-20 mengungkapkan seperti apa kehidupan suku Inca di Machu Picchu di masa lalu.

Ada beberapa perdebatan tentang tujuan Machu Picchu. Namun sejarawan percaya penguasa Inca Pachacuti Inca Yupanqui membangun Machu Picchu sebagai tanah kerajaan khusus. “Wilayah itu khusus untuk raja dan bangsawan Inca,” tulis Rossie Lesso di laman The Collector.

Namun, banyak yang berpendapat bahwa raja terkemuka tidak benar-benar tinggal di sini. Alih-alih jadi tempat tinggal, mereka menganggapnya sebagai tempat terpencil untuk retret dan perlindungan.

Seluruh situs Machu Picchu membentang sejauh 8 km dan berisi 150 bangunan berbeda. Ini termasuk pemandian, rumah, kuil, tempat suci, alun-alun, air mancur dan mausoleum. Beberapa bangunan terpenting antara lain Kuil Matahari, Kuil Tiga Jendela, dan Inti Watana—atau kalender batu berukir.

Pegunungan dianggap suci bagi suku Inca. Maka, memiliki tempat tinggal di puncak gunung yang sangat tinggi punya makna spiritual yang istimewa. Karena lokasinya, masyarakat menganggap kota kerajaan ini sebagai pusat alam semesta.

Candi Borobudur

Warisan Budaya: Kompleks Candi Borobudur

Monumen Budha terbesar di dunia ini menarik peziarah dari seluruh Asia Tenggara ke puncak bukit terpencil di Jawa Tengah, yang dikelilingi vegetasi hijau subur dan dikelilingi gunung berapi-salah satunya masih aktif.

Sekitar 1.200 tahun yang lalu, para pembangun mengangkut dua juta batu dari sungai dan sungai setempat dan menyatukannya dengan erat tanpa bantuan mortir untuk membuat piramida berundak setinggi 95 kaki (29 meter). Lebih dari 500 patung Buddha bertengger di sekitar kuil. Teras bawahnya termasuk langka yang menghalangi pemandangan dunia luar dan menggantikannya dengan hampir 3.000 pahatan relief yang menggambarkan kehidupan dan ajaran Buddha. Bersama-sama mereka membuat kumpulan patung Buddha terbesar di dunia.

Mendaki Borobudur adalah ziarah itu sendiri, yang dimaksudkan untuk dialami secara fisik dan spiritual sesuai dengan ajaran Buddha Mahayana. Saat umat beriman mendaki dari tingkat ke tingkat, mereka dibimbing oleh cerita dan kebijaksanaan relief dasar dari satu bidang kesadaran simbolis ke tingkat berikutnya yang lebih tinggi dalam perjalanan menuju pencerahan.

Borobudur dibangun pada abad kedelapan dan kesembilan selama era keemasan dinasti Sailendra, yang berkuasa di Jawa dan Sumatera yang berdekatan. Klan penguasa ini berasal dari India Selatan atau Indocina dan membantu mendirikan Jawa sebagai pusat keilmuan dan pemujaan Buddhis.

Situs megah ini menarik peziarah selama ratusan tahun—koin dan keramik Tiongkok yang ditemukan di sana menunjukkan bahwa praktik tersebut berlanjut hingga abad ke-15. (Faktanya telah dihidupkan kembali hari ini.)

Namun Borobudur secara misterius ditinggalkan pada tahun 1500-an, ketika pusat kehidupan Jawa bergeser ke Timur dan Islam tiba di pulau itu pada abad ke-13 dan ke-14. Letusan menyimpan abu vulkanik di situs tersebut dan vegetasi subur Jawa berakar di situs yang sebagian besar terlupakan.

Pada awal abad ke-19 Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Inggris di Jawa, mendengar tentang situs tersebut dan tertarik untuk menggalinya. Sementara proses ini mengungkap harta karun Borobudur, hal itu juga memicu proses pembusukan dengan memaparkannya pada unsur-unsurnya. Penduduk desa membebaskan batu untuk bahan bangunan, dan para kolektor memindahkan kepala Buddha dan harta lainnya untuk koleksi pribadi dan publik di seluruh dunia.

Untungnya, penurunan Borobudur tertahan oleh peraturan yang lebih ketat dan salah satu proyek pelestarian internasional paling ambisius yang pernah dicoba. Kampanye “Selamatkan Borobudur” diluncurkan pada tahun 1968 melalui pemerintah Indonesia dan UNESCO.

Teras bawah monumen besar itu dibongkar dan panel reliefnya yang tak ternilai harganya dibersihkan dan dirawat dari pelapukan. Selama proses ini, sistem drainase yang luas dipasang untuk mencegah erosi yang telah memakan banyak korban di candi. Selama delapan tahun satu juta batu telah dipindahkan dan kemudian dipasang kembali.

Hasilnya, Borobudur tetap seperti 1.200 tahun lalu—harta unik yang tak tertandingi di situs manapun di Asia Tenggara.