Adalah sebuah bangunan yang berada di kota Nganjuk yang memiliki hubungan dengan sejarah dan cikal bakal berdirinya Kabupaten Nganjuk. Bangunan candi ini sampai saat ini masih ada dan masih dipergunakan sebagai sarana ibadah umat Hindu.
Ceritanya berawal pada paruh awal abad ke-10, seorang MPU SIndok memindahkan pusat kekuasaan Medang ke Jawa Timur. Namun pemindahan itu tidak menghalangi Kedatuan Sriwijaya untuk menusuk jauh ke timur Jawa.
Sebelumnya, Maha Raja Dyah Balitung telah melebarkan kerajaan Medang hingga ke ke pulau Jawa bagian Timur. Prasasti Kubu-kubu menceritakan bagaimana gempuran Medang atas Bantan yang sampai saat ini diduga oleh sejarawaan sebagai kerajaan Kanjuruhan, kerajaan tertua di Jawa Timur. Maka tidak heran jika pada masa MPU Sindok, pusat kerajaan dipiindahkan ke Timur Jawa.
Namun, alasan ‘sebenarnya’ sampai saat ini belum diketahui, bahkan sampai ada beberapa teori tentang perpindahan ibu kota medang. Salah satunya adalah teori oleh George Coedes, ia berpendapat jika Medang pindah ibu kota karena ngacir dari serangan sriwijaya. Menurutnya, hegemoni Sriwijaya atas Nusantara memaksa medang menyingkir ke timur. Bahkan kerajaan setelah di pindah ke Jawa Timur baru bisa berkembang leluasa setelah Sriwijaya dihancurkan kerajaan Cholamandala dari India
Seorang Johannes Gijsbertus De Casparis nampaknya memiliki pendapat yang sejalan, ia menyebut jika Candi Lor, sebagai tugu kemenangan atas Sriwijaya. Jadi, Ketika Sindok sampai di Anjukladang, ia meminta kepada Samgat Pu Anjukladang untuk membantu melawan Sriwijaya. Dan atas jasanya yang behasil menumpas Sriwijaya, ia diberi anugerah sebah bangunan suci yang Bernama Sri Jayamerta (yang kini menjadi candi), sebuah Sima Swatantra atau Tanah Kakatikan, dimana 2/3 pajak tanah digunakan untuk merawat bangunan candi, dan sebuah Prasasti Anjuk Ladang.
Ketika Inggris berkuasa di Jawa dan menempatkan Thomas Stamford Raffles sebagai Gubernur Jenderal, Raffles mengarang sebuah buku terperinci tentang Budaya Jawa di abad ke-19. Dalam karya monumental nya, History of Java Raffles menggambarkan jika Candi Lor mirip dengan candi Jabung di Probolinggo, lalu di halaman Candi Lor berdiri tegak Prasasti Anjukladang yang mencatat tentang dibangunnya Tugu Kemenangan atau Jayastambha. Para sejarawan menafsirkannya sebagai monumrn kemenangan Jawa atas Sriwijaya.
Sebenarnya tidak ditemukan kata ‘Sriwijaya’ pada Prasasti ini, tetapi seorang Johannes Gijsbertus De Casparis, menyebut jika ada bagian yang kosong, yakni baris 14-15. Pada terjemahan versi Jan Laurens Andries Brendens, baris tersebut dikosongkan. Di bagian yang kosong itu terdapat kalimat Satru Nira Hajjan Ri Malayu yang artinya Musuhnya, seorang raja dari Melayu. Dari sini sejarawan menafsirkan jika Melayu yang dimaksud kemungkinan besar adalah Kerajaan Sriwijaya.